Thursday, December 12, 2013

It's hard to be a working mom

Hati saya selalu tercekat, teriris dan sedih jika ada artikel atau pembicaraan tentang ibu bekerja, selalu ada rasa bersalah menjalar dihati karena telah memutuskan untuk menjadi ibu bekerja. Lingkungan keluarga saya dan termasuk saya sendiri dibesarkan oleh ibu yang tidak bekerja, ibu yang mengabdikan hidupnya untuk mengurus keluarga dan membesarkan anaknya "full time". 

terkadang saya bertanya dalam hati, apakah keputusan untuk menjadi ibu bekerja sudah tepat? apakah dengan keputusan ini saya masih bisa menjadi ibu yang baik untuk rafis? pertanyaan ini merupakan hal teratas dalam daftar pertanyaan menakutkan milik saya.

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, saya mencari beberapa artikel dan referensi dari beberapa buku tentang ibu bekerja. Bukan untuk mencari excuse atau untuk melegakan hati saya, tapi untuk mencari solusi yang terbaik untuk saya dan keluarga kecil saya.

Dari semua artikel yang saya pelajari memang ibu yang full time ada untuk anak lebih baik daripada ibu bekerja, tapi dari artikel-artikel itu juga saya belajar bahwa kunci utamanya bukan karena ibu full time atau ibu bekerja..--tapi rasa cinta--. Bisa saja ibu full time ada di rumah tapi paruh waktu dalam berinteraksi dengan anaknya, atau ibu paruh waktu dalam bekerja tapi full berinteraksi dengan anak bila di rumah. Hasil studi dalam artikel-artikel itu menyimpulkan bahwa sumbangan terpenting bagi perkembangan fisik, emosi dan intelektual anak adalah kemampuan ibu menanggapi isyarat yang dikeluarkan oleh anak. Rasa cinta kepada anaklah yang dihitung, bukan sekedar waktu yang kita berikan. anak pada khususnya bayi memiliki kebutuhan yang intens untuk selalu bersama ibunya, sama mendasarnya dengan dengan kebutuhan bayi akan makanan. Tetapi kebutuhan akan makanan tidaklah terus menerus, begitu juga permintaannya akan ibu. Bayi ingin dipeluk, digendong, diajak bicara, tapi tidak selalu dengan ibunya. Keberadaan ibu, misalanya dengan menyusui adalah kebutuhan yang harus sedapat mungkin diberikan oleh ibu sendiri. "Kemampuan menanggapi" adalah kata yang terpenting.

Dari research yang saya lakukan, maka saya menarik kesimpulan bahwa untuk menjadi ibu bekerja butuh support system dan menejemen waktu yang sangat baik. Alhamdulillah support system yang saya miliki saat ini sudah cukup baik, saya tinggal dilingkungan keluarga yang sepenuhnya mensuport saya yang menjadi ibu bekerja. Selain itu saya juga mendapatkan pengasuh yang tepat untuk rafis.

Ketika saya bekerja, saya menitipkan anak saya kepada ibu saya. Namun peran ibu saya disini bukan untuk mengasuh anak saya, tapi cukup untuk mengawasi cucunya saja. Saya mendapatkan pengasuh paruh waktu. Ketika saya bekerja, dia datang untuk menjaga anak saya. Pengasuh rafis masih bagian dari keluarga saya, jadi saya sangat tahu kualitas kasih sayangnya untuk rafis. memiliki pengasuh yang sayang dan punya perhatian lebih sangat diperlukan untuk ibu bekerja karena bisa mengurangi rasa khawatir pada anak ketika kita bekerja.

Saya bersyukur tinggal dilingkungan keluarga , karena rafis dibanjiri perhatian dan kasih sayang dari nenek, buyut, oom, tante dan sepupu-sepupunya ketika saya bekerja. Yang saya amati, dari keadaan ini rafis jadi sangat komunikatif, cepat bisa bicara karena banyak yang mengajari dan mengajaknya berbicara. di umurnya yang belum genap satu tahun rafis sudah bisa mengucapkan banyak kata.

Saya memutuskan untuk mengambil pengasuh paruh waktu, bertugas menjaga dan mengasuh rafis dari hari senin-jum'at jam 10.00 -12.00 dan jam 13.00-16.30 , saya menyempatkan untuk pulang ketika istirahat siang untuk menyusui rafis dan pengasuh rafis bisa pulang untuk istirahat ketika saya menyusui dan menemani rafis tidur siang. Biasanya saya meninggalkan untuk kembali bekerja ketika rafis sudah tertidur.

Hari sabtu dan minggu pengasuh rafis libur, mengapa saya liburkan??..hal ini semata-mata agar rafis bisa full bersama ayah dan ibu mengingat hari senin-jum'at ayah rafis harus bekerja diluar kota dan saya pun bekerja.Saya memilih pengasuh yang paruh waktu agar ketika saya di rumah, rafis sepenuhnya dalam asuhan saya selain itu agar rafis tidak terlalu bergantung dengan pengasuhnya (ini bisa bikin saya jealous..hehee..).

Saya juga hingga saat ini berusaha keras agar rafis terpenuhi haknya untuk mendapat ASI dan alhamdulillah sampai saat ini rafis masih full ASI. Kegiatan menyusui ini juga sangat membantu saya untuk membangun bonding antara saya dan rafis.

Dengan support system dan menejemen waktu yang saya bangun, saya sangat berharap keputusan saya untuk bekerja tidak mengurangi kebutuhan rafis akan ibunya tapi justru akan membuat rafis menjadi anak yang penuh cinta, pintar dan mandiri..aamiin..aamiin..

Anakku sayang, maafkan ibu tidak ada disampingmu setiap waktu...tapi ibu berjanji akan selalu ada untukmu jika kau membutuhkanku... semoga suatu saat kau akan mengerti dengan keputusan ibu untuk bekerja ya sayang...

With Love

    Ibu


No comments:

Post a Comment