finally tibalah saat-saat ini...
saat saya sebagai ibu dari mikail rafisqy haryanto menuliskan kisah tentang perjalanan saya saat menyusui a'il..
Gak kerasa a'il sudah ngASI hampir 22 bulan, itu artinya tinggal 2 bulan lagi kewajiban saya untuk memenuhi kebutuhan ASI a'il.. kayaknya baru kemaren banget saya belajar menyusui a'il dan a'il belajar menyusu sama saya..
Saat persalinan tiba, sebuah niat sudah melekat dikepala saya untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi saya. Suami saya pun sudah memberikan dukungan akan niat saya ini. Ketika akhirnya saya bisa mendengar pecah suara tangis anak saya yang baru lahir, air mata saya pun secara otomatis menetes. Bahagia tiada terkira rasanya mendengar tangis itu. Namun menit berikutnya saya tidak lagi mendengar tangis itu, bayi saya langsung dbawa keluar ruang operasi untuk dibersihkan dan di observasi. Saya yang merasa itu sebuah kelaziman pun membiarkan hal itu terjadi. Sampai kemudian saya meminta suami untuk melihat kondisi bayi kami di kamar bayi sehat, dan beberapa saat kemudian suami saya datang kembali tanpa membawa bayi kami dengan membawa kabar "bayinya ada koq di kamar bayi dan belum boleh dibawa kesini". Saya merasa ada yang salah, bukannya setiap bayi yang baru lahir harus mendapat kolostrum dari ASI pertama untuk asupan makanannya. Pengetahuan saya tentang ASI yang masih sangat minim dan anggapan saya tentang pihak rumah sakit yang pasti sangat tahu tentang hal ini membuat saya membiarkan hal itu terjadi.
Saat persalinan tiba, sebuah niat sudah melekat dikepala saya untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi saya. Suami saya pun sudah memberikan dukungan akan niat saya ini. Ketika akhirnya saya bisa mendengar pecah suara tangis anak saya yang baru lahir, air mata saya pun secara otomatis menetes. Bahagia tiada terkira rasanya mendengar tangis itu. Namun menit berikutnya saya tidak lagi mendengar tangis itu, bayi saya langsung dbawa keluar ruang operasi untuk dibersihkan dan di observasi. Saya yang merasa itu sebuah kelaziman pun membiarkan hal itu terjadi. Sampai kemudian saya meminta suami untuk melihat kondisi bayi kami di kamar bayi sehat, dan beberapa saat kemudian suami saya datang kembali tanpa membawa bayi kami dengan membawa kabar "bayinya ada koq di kamar bayi dan belum boleh dibawa kesini". Saya merasa ada yang salah, bukannya setiap bayi yang baru lahir harus mendapat kolostrum dari ASI pertama untuk asupan makanannya. Pengetahuan saya tentang ASI yang masih sangat minim dan anggapan saya tentang pihak rumah sakit yang pasti sangat tahu tentang hal ini membuat saya membiarkan hal itu terjadi.
Saya masih ingat rasanya pertama kali a'il hisap payudara saya, agak sedikit gelagapan dan sedikit tersedak dia karena ASI saya yang terlalu deras (mungkin pengaruh hormon oksitosin saya yang lagi happy) sedangkan mulutnya terlalu kecil untuk menampung ASI yang dihisapnya. hanya beberapa menit saja dia menyusu saat itu (mungkin karena lambungnya yang masih kecil), lalu tertidur lelap..
Menyusui adalah hal yang natural dan bisa dilakukan semua ibu, itu yang ada di benak saya saat itu. Namun kenyataannya tidak semudah itu, setidaknya itulah yang saya alami selama menyusui.
Produksi ASI yang sangat banyak dan masih belum terampilnya a'il dalam menyusu membuat payudara saya bengkak dan menimbulkan demam (karena posisi menyusui saya belum benar dan a'il masih menyusu pada puting belum lacht on di aerola saya). Di bantu perawat rumah bersalin saya memerah ASI agar payudara tidak terlalu bengkak, di kompres air hangat dan di pijat payudara saya oleh perawat. Sakit banget loh payudara bengkak itu, kalau a'il menyusu banyak rasanya enak banget kayak dipijat payudara saya dan jadi enteng banget rasanya..
Dari rumah bersalin saya pulang ke rumah, seisi rumah menyambut kedatangan mikail. Ucapan selamat dan kemeriahan mewarnai hari-hari saya sebagai ibu baru. Namun ternyata keceriaan saya sebagai ibu baru menikmati suasana rumah bersama mikail ternyata hanya sesaat, karena kemudian sebuah drama ibu baru terjadi. A'il yang menyusu setiap kurang dari 2 jam sekali membuat saya selalu standby at his side. Situasi ini agak membuat saya sedikit stress dan kelelahan karena pola tidur a'il tidak seperti bayi kebanyakan (ini menurut ibu saya yaa..), a'il tidur hanya kurang dari 1 jam setiap sesi tidurnya membuat waktu tidur saya pun berkurang dan tidak bisa mengerjakan hal lain. Hal ini membuat saya terkena baby blues syndrom, dan setiap hari bertanya kepada mama kapan situasai seperti ini akan berakhir. Beruntung ada mama yang hadir ada di setiap waktu (mirip iklan r*xona yeee.. :p), pengalamannya mengurus saya dan adik-adik di ajarkannya kepada saya.
Mama bilang sejak kamu jadi ibu, situasi seperti ini tidak akan berakhir sampai kamu mati, belajarlah untuk menikmatinya. Dan benar kata artikel dan teman saya dita, baby blues syndrom hanya bisa sembuh dengan berjalannya waktu. Alhamdulillah sejak a'il berumur 40 hari baby blues syndrom itu hilang, dan saya menikmati peran menjadi ibu hingga saat ini.. :)
Ditengah kondisi baby blues syndrom, saya mencoba mencari solusi. Oleh-oleh susu formula dari rumah sakit melintas dalam pikiran saya, mama yang iba dengan kondisi saya pun menyarankan agar dimalam hari a'il diberi susu formula biar kenyang dan tidur nyenyak katanya. Saya pun ikut saran mama, dan memang benar sejak di beri susu formula a'il tidur lelap. Tapi sejak diberi susu formula di malam hari selama 2 minggu, a'il jadi susah BAB. Selidik punya selidik ternyata itu kerena susu formula lebih sulit dicerna daripada ASI, dan bayi umur 1 bulan memang sering menyusu karena lambungnya yang kecil. Sejak itu saya stop penggunaan susu formula hingga saat ini.
Kegiatan memerah ASI saya mulai lakukan semenjak saya pulang ke rumah, saat itu saya memerah ASI hanya agar payudara saya tidak terlalu bengkak. 1 bulan sebelum cuti bekerja saya habis, saya baru konsen mempersiapkan ASIP untuk digunakan nanti ketika saya bekerja. Ternyata eh ternyata stok persiapan ASIP untuk a'il ketika saya bekerja cuma ada sekitar 40an botol, hitung punya hitung dengan ritme a'il menyusu, stok itu ga bakal mencukupi. Nyesel juga waktu cuti 2 bulan kemaren itu tidak saya pergunakan untuk menyetok ASIP secara maksimal, coba kalauuuu...ah sudahlah ini cukup jadi pelajaran saja untuk kedepan, tidak baik kan berandai-andai menyesal.. ;)
Karena hitungan stok ASIP yang semakin menipis, saya semakin sering memerah ASI. Di kantor saya memerah setiap 2 jam sekali lalu saya simpan di kulkas, walaupun pada awalnya hasil pumping dikantor cuma bisa basahin pantat botol saja saya tetap semangat pumping. Saya percaya dengan rumus supply and demand, dimana semakin sering ASI dikeluarkan maka ASI yang diproduksi pun semakin banyak. . Masa-masa menuju ASIX 6 bulan membuat saya selalu deg-degan setiap harinya, membuat saya kejar-kejaran dengan waktu menyusui dan memerah ASI ketika bekerja. Ini karena asupan a'il di 6 bulan pertama hanya ASI, jadi saya harus berjuang untuk memenuhinya.
Salah satu masalah ketika saya kembali bekerja adalah tidak membiasakan a'il untuk minum ASIP secara rutin, hal ini membuat a'il tidak bisa minum ASIP dari botol susu. Agak stress juga saya dibuatnya, pake botol susu gak bisa dan disuapin pake sendok pun dia sembur-sembur jadi ASIP yang diminum a'il selama saya bekerja sedikit sekali. Jadilah saya uring-uringan dikantor karena saya harus menyusui a'il langsung sementara saya masih punya kewajiban untuk bekerja. Mama waktu a'il mau masuk 5 bulan sudah mulai nyaranin a'il dikasih makan atau susu formula biar gak kelaperan, tapi saya keukeuh gumekeuh biar a'il lulus S1 ASIX. Alhamdulillah masa itu sukses dilewatin, a'il montok di 6 bulan pertama cuma dengan ASI.. :)
Saya kira setelah masa ASIX 6 bulan terlewati, gak akan ada lagi masalah menyusui. A'il sudah mahir menyusu, target ASIP juga sudah gak terlalu ngoyo karena a'il sudah di bantu makan. Ternyata eh ternyata lagi, masuk umur 8 bulan a'il sudah mulai mau tumbuh gigi. Kegiatan menyusui a'il mulai tidak menyenangkan karena a'il mulai gigit puting (karena gusinya gatal mungkin), untungnya dengan bicara dari hati ke hati dan dari mata ke mata dengan a'il yang saya sugesti "jangan gigit nenen ibu ya sayang, nanti kalau luka a'il ga bisa nenen" ampuh bikin a'il gak gigit puting lagi.
Masalah tak usai sampai disitu, ga berselang lama dari insiden gigit mengigit itu puting saya berasa sakiiiit banget, setelah saya cek ternyata ada bintil putih seperti jerawat/bisul di puting sebelah kiri saya. karena sakitnya yang wow.. setiap menyusui dan saya hanya menyusui hanya dengan payudara kiri (gak tau kenapa a'il gak mau nenen di sebelah kanan,kemungkinan besar karena gak nyaman) saya memutuskan untuk berobat ke dokter agar cepat sembuh. Ternyata saya terkena mastitis (googling dulu ya soal ini), setelah satu minggu bintil putih itu pun pecah dan puting saya pun merekah dengan luka menganga (jangan tanya rasanya, apalagi pas menyusui..wow banget deh pokoknya.. ) sesuai saran dari nenek, saya obati luka itu dengan VCO (virgin coconut oil) dan alhamdulillah 2 hari kemudian luka itu sembuh. Kegiatan menyusui pun jadi menyenangkan kembali... :)
Kegiatan saya di kantor juga mempunyai andil yang cukup besar dalam kisah perjalanan ASI eksklusif ini. Sejak a'il lahir, a'il menjadi pusat kehidupan saya. Sebelum melahirkan saya hampir tiap hari menjadi orang pertama di ruangan (karena rumah saya dekat), jam istirahat saya standby di kantor, pulang kerja pun hampir selalu lewat waktu. Sejak punya a'il saya datang ke kantor tepat waktu (jam 8 teng, gak pernah kurang malah suka kelebihan beberapa menit..maap yaa), istirahat siang selalu pulang (biasanya rapat sana-sini) dan pulang tenggo (jam 4 teng,kadang kurang 15-20 menit :p).
Jadwal pulang istirahat siang jadi jadwal wajib setiap hari yang cukup berat di jalanin, yang menjadi masalah bukan jarak rumah ke kantor tapi kendala kerjaan kantor yang kadang sedang hectic dan cuaca kota cilegon yang cukup ekstrim. Kadang di tengah rapat siang yang bablas jam istirahatnya, saya izin pulang karena sudah kebayang wajah a'il yang mau nenen (wajah boss yang BT di depan mata kalah dah pokoknya *sungkem sama pak bos..:p) atau kerjaan yang jatuh tempo bikin saya tertahan untuk lebih lama di kantor. Cuaca ekstrim yang saya maksud adalah matahari yang sangat terik dan hujan yang sangat deras, tapi walau panas membakar dan badai menghadang (lebay dot com.. :p)saya tetap pulang untuk menyusui.
Jadwal menyusui setiap hari kerja diawali dengan bangun jam 05.00 sesudah sesi menyusui a'il di dini hari dan diteruskan mandi dan ber-make-up (walau masih pakai baju daster.. :p) dengan waktu kurang dari 15 menit, sambil menunggu a'il bangun (ga ngerti kenapa sampai sekarang a'il tidur harus ada orang di dekatnya) saya siapin baju dan air untuk a'il mandi. Biasanya a'il bangun sekitar jam 06.30, setelah 15 menit guling-guling dan bergerumul bersama saya di kasur , saya rebus air mandi a'il. Sambil menunggu air panas saya suapi a'il (ini kalau dia lagi mood mau makan pagi-pagi) atau menyusui a'il sambil nonton upin-ipin (tokoh kartun favorit a'il). Beres di jam 07.30 saya siap-siap berangkat kerja (alhamdulillah..rumah dekat kantor dan akses ke kantor bebas macet), a'il biasanya diambil tante saya yang rumahnya di depan rumah kami sambil menunggu pengasuh yang datang jam 10.00 pagi.
Saya ngantor jam 07.45, jadwal memerah saya dikantor sekitar jam 10.00 karena ketika jam istirahat siang saya pulang untuk meyusui a'il dan saya bawa pulang hasil perahan dengan box isi batu es (ini untungnya punya kantor deket rumah dan alhamdulillah lagi pak bos kasih dispensasi untuk istirahat siang...*sungkem lagi sama pak bos ). Jam 13.00 saya sudah standby lagi di kantor, biasanya sekitar jam 14.30 saya baru memerah ASI lagi. Jam 16.00 teng (kadang kurang *maapin ya pak bos :p) saya pulang kantor, alhamdulillah masih sempet mandiin sore a'il. Selama saya bekerja a'il minum ASIP, setelah saya pulang kerja a'il bisa sepuasnya nenen langsung dari pabriknya.. ;)
Setelah a'il berumur 1 tahun, kegiatan memerah saya hentikan. A'il sudah bisa makan makanan yang padat, jadi jadwal menyusu cuma ketika saya sedang di rumah (menyusu ketika istirahat siang masih dilakukan sampai sekarang).
Di luar keluh kesah saya tadi tentang menyusui, kegiatan ini merupakan momen yang sangat berharga untuk saya dan a'il. Momen dimana dunia ini milik kita berdua (tsaaah..bahasanya..). Tapi ini bener banget loh buat saya, di momen ini yang ada di mata dan otak saya cuma a'il (lupa kerjaan dan masalah hidup). A'il juga mukanya happy banget kalau dah ketemu nenennya, matanya berbinar-binar menikmati momen ini. Di momen ini saya paling suka ngobrol searah sama a'il (secara klo lagi nenen kan susyeh ye dia mau ngomong.. :p), menasehati a'il paling ampuh dan dia bisa terima tuh ya pas momen ini. Pokoknya kita berdua tuh nikmatin banget deh momen ini dan saya tau kalau momen ini gak akan terulang lagi untuk kita berdua, walaupun nanti saya punya anak lagi (pasti ayah a'il mesem2 baca statement ini.. :p) pasti ceritanya beda. Saya percaya jika kita ingin memberikan yang terbaik untuk anak kita, mulailah memberikan dari dasarnya. ASI.
Gak berasa momen ini hanya kurang dari 2 bulan lagi akan berakhir (langsung cirambay... :'(), saya berencana menyapih a'il akhir bulan juni nanti sebelum bulan ramadhan... secara hitungan hijriah a'il sudah 2 tahun saat itu. Saya ingin melakukan proses penyapihan dengan cinta (weaning with love), dimana tidak ada pihak yang tersakiti (baik itu a'il, saya atau pihak yang mendukung proses ini)
Proses penyapihan ini sudah saya mulai dari sekarang, sesi menyusui sudah dikurangi secara perlahan. Sudah sekitar 2 bulanan a'il gak nenen di depan umum (kalau di ajak jalan-jalan atau main di luar rumah), cuma di rumah saja dia bisa semaunya nenen (ihiww..dah bisa jalan tanpa banyu menyusui) . 2 minggu ini saya juga sudah mulai tidak menawarkan lagi nenen sama a'il, tapi gak nolak juga kalau dia minta (ga pada bingung kan ya dengan prinsip ini.. ;p). Beberapa hari ini saya juga sudah mulai sounding "a'il kan sudah besar, malu kalau nenen terus...nanti mau tidur aja ya nenennya...", alhamdulillah a'il bisa ngerti dan gak nangis atau ngamuk minta nenen di luar jam tidurnya.
PR saya berarti tinggal satu, mencari strategi agar a'il gak menyusu ketika jam tidur. Kemungkinan tahap ini yang paling sulit untuk kami berdua. Tahap ini merupakan tahap dimana a'il 100% lepas dari kegiatan nenennya dan saya harus rela kehilangan momen selama kami menyusui. Jujur saya belum siap masuk ke tahap ini, semoga saya bisa menemukan cara terbaik untuk kita berdua melangkah ke tahap lain kehidupan kami...
Di kesempatan ini saya ingin mengucapkan banyak terima kasih untuk pendukung proses menyusui saya dan a'il hingga saat ini. Terima kasih sebesar-besarnya untuk penghuni town house Gg H. M. Fadil (town house koq ya di gang, rapopo biar gaya yee.. :p) terutama untuk mama/mbah uti yang selalu kami repotin, papa/mbah kakung yang minjemin rumahnya untuk kita tinggalin, ayah a'il/my lovely hubby yang jadi ayah ASI hebat, teh Sun yang ngasuh a'il setiap saya kerja, teh lina yang dengan suka rela mau di titipin a'il, keluarga ya'i Yanto (mama tuti, teh mimin, a'boim n a'isa) yang rumahnya jadi tempat main a'il, Oom Ghalih n Oom Adit yang kalau libur mau ngasuh a'il, teh pia, teh rita, ma'aji, teh ris, wa'enok, wa'imah, ya'i dadam, mama yanti yang mau main sama a'il setiap harinya dan untuk keluarga di bandung atas support by phone-nya.. :)
Dan cerita menyusui dan weaning masih akan berlanjut sampai 2 bulan kedepan, bagi yang penasaran dengan kisah lanjutan tunggu saja ya tanggal mainnya...do'akan kami bisa lulus proses ini dengan sempurna yaa.. ;)
Dengan Cinta
Ibu A'il
Proses penyapihan ini sudah saya mulai dari sekarang, sesi menyusui sudah dikurangi secara perlahan. Sudah sekitar 2 bulanan a'il gak nenen di depan umum (kalau di ajak jalan-jalan atau main di luar rumah), cuma di rumah saja dia bisa semaunya nenen (ihiww..dah bisa jalan tanpa banyu menyusui) . 2 minggu ini saya juga sudah mulai tidak menawarkan lagi nenen sama a'il, tapi gak nolak juga kalau dia minta (ga pada bingung kan ya dengan prinsip ini.. ;p). Beberapa hari ini saya juga sudah mulai sounding "a'il kan sudah besar, malu kalau nenen terus...nanti mau tidur aja ya nenennya...", alhamdulillah a'il bisa ngerti dan gak nangis atau ngamuk minta nenen di luar jam tidurnya.
PR saya berarti tinggal satu, mencari strategi agar a'il gak menyusu ketika jam tidur. Kemungkinan tahap ini yang paling sulit untuk kami berdua. Tahap ini merupakan tahap dimana a'il 100% lepas dari kegiatan nenennya dan saya harus rela kehilangan momen selama kami menyusui. Jujur saya belum siap masuk ke tahap ini, semoga saya bisa menemukan cara terbaik untuk kita berdua melangkah ke tahap lain kehidupan kami...
Di kesempatan ini saya ingin mengucapkan banyak terima kasih untuk pendukung proses menyusui saya dan a'il hingga saat ini. Terima kasih sebesar-besarnya untuk penghuni town house Gg H. M. Fadil (town house koq ya di gang, rapopo biar gaya yee.. :p) terutama untuk mama/mbah uti yang selalu kami repotin, papa/mbah kakung yang minjemin rumahnya untuk kita tinggalin, ayah a'il/my lovely hubby yang jadi ayah ASI hebat, teh Sun yang ngasuh a'il setiap saya kerja, teh lina yang dengan suka rela mau di titipin a'il, keluarga ya'i Yanto (mama tuti, teh mimin, a'boim n a'isa) yang rumahnya jadi tempat main a'il, Oom Ghalih n Oom Adit yang kalau libur mau ngasuh a'il, teh pia, teh rita, ma'aji, teh ris, wa'enok, wa'imah, ya'i dadam, mama yanti yang mau main sama a'il setiap harinya dan untuk keluarga di bandung atas support by phone-nya.. :)
Dan cerita menyusui dan weaning masih akan berlanjut sampai 2 bulan kedepan, bagi yang penasaran dengan kisah lanjutan tunggu saja ya tanggal mainnya...do'akan kami bisa lulus proses ini dengan sempurna yaa.. ;)
Dengan Cinta
Ibu A'il
No comments:
Post a Comment